6.1.13

Bahagia


Aku bersyukur. Betapa Tuhan membuat skala bahagia yang beda-beda di tiap orang. Bahagia yang sederhana. Bahagia yang penuh ironi. Bahagia yang melukai orang lain. Bahagia yang menularkan bahagia-bahagia yang membahagiakan kepada orang lain.

Betapa skala bahagia bisa berbeda. Tak perlu ikut orang lain untuk bisa bahagia. Bahagia itu, jiwa yang rasa. Sebuah perasaan yang muncul dari dalam. Tak terikut dalam sistem, norma, tren, dan seterusnya. Ada yang bahagia dengan mengenakan seragam. Ada yang bahagia dengan mempunyai pendamping hidup dan memiliki makhluk kecil yang rupanya mewarisi fisik ia dan orang yang ia cinta. Bahagia karena mengunjungi tempat-tempat terdalam dan terbuas di dunia. Bahagia karena bisa menikmati coklat panas di pagi yang mendung. Bahagia karena ada orang yang ikut aliran kepercayaannya. Bahagia karena menang lotere. Bahagia karena mendapat pinjaman jaket saat kedinginan. Bahagia karena bisa menggagas perubahan untuk menyelamatkan laba-laba berkaki sepuluh. Bahagia berjalan sendirian di trotoar jalan besar tengah malam. Bahagia karena temannya bahagia.

Ah, bahagia. Kata yang sederhana. Sebuah kata sifat. Yang dengan satu sifatnya, kita merasa banyak sifat lain. Yang dengan satu sifatnya, kita harus merasa banyak kata sifat lain.

Apa kita bahagia? Sudahkah kita bahagia? Sedang bahagiakah kita? Bagaimana supaya bahagia?

Mungkin kita harus kenal diri kita. Menjauh dari dunia luar. Dan pastikan, dengan cara apa kita bahagia? Karena—menurut seorang teman—hidup adalah untuk mencari kebahagiaan.

Sekarang: kebahagiaan macam apa yang dimaksud?