Judul :
Cerita tentang Rakyat yang Suka Bertanya
Editor/Penyunting :
FX Rudy Gunawan
Penerbit :
Demos
Tahun Terbit :
2010
Jumlah Halaman :
186 halaman
Harga :
Rp 45.000
Grubug melangkah, tanpa memandang orang-orang yang
membacakan dongeng tentang hukum, keadilan, demokrasi, LSM atau apa lagi.
Grubug tidak peduli, apa yang layak dipercaya di negeri ini. Siapa yang bisa
menjelaskan ke mana Bapak pergi? Siapa yang membuat ibunya mati? Siapa yang
telah mengubah hak milik tanahnya jadi milik negara.
Demokrasi.
Sebuah konsep kenegaraan yang dicetuskan Aristoteles. Sekarang hampir seluruh
negara di dunia menetapkan demokrasi sebagai konsep negara mereka. Indonesia,
tanah air beta, juga memilih sistem ini. Buktinya? Lihat saja, kita mengadakan
pemilihan umum untuk menentukan siapa pemimpin negeri ini, Presiden Republik
Indonesia yang terhormat.
Namun demokrasi
sebenarnya tak hanya mengenai pemilu, kawan. Demokrasi juga sejalan dengan
stabilitas negara dan kesejahteraan rakyat. Nyatanya, pasca-orde baru, kebebasan malah makin merosot. Banyak terjadi
kekerasan pada kelompok kepercayaan tertentu. Belum lagi diskriminasi pada
etnis minoritas. Di bidang hak ekonomi sosial, banyak penggusuran, perampasan
hak buruh hingga sulitnya kaum miskin bersekolah. Kelompok marginal tidak akan
pernah bisa ikut menentukan keputusan publik.
Diskursus demokrasi yang berkembang di Indonesia masih sebatas
pemilu dan konsep politik. Tak ada yang melihat bahwa demokrasi seharusnya
hidup dan bernapas di kehidupan sehari-hari.
Banyak kejadian sehari-hari yang mengeropos proses demokrasi di Indonesia.
Seperti cerita tentang seorang anak perempuan bernama Grubug, yang orang tuanya
dituduh jadi simpatisan Partai Komunis Indonesia. Ayahnya hilang, ibunya
diperkosa hingga mati, dan lingkungannya terus menghukumnya dengan sanksi
sosial hingga ia dewasa.
Suatu saat ia
dituduh melakukan kejahatan yang tak pernah ia lakukan. Ia bahkan tak kuasa
hanya untuk membela diri sendiri. Pejabat pengadilan lebih ‘akrab’ dengan
perusahaan yang menuntut Grubug.
Dalam cerita
lain yang bertajuk Menjadi Anjing, Randi, guru di pulau kecil dekat
perbatasan Malaysia mengalami kesulitan finansial saat mengabdikan diri
bertahun-tahun mengajar di sana. Negara mungkin tak tahu ada orang seperti
Randi, yang peduli masa depan bangsa dibanding orang yang duduk di bangku
pemerintahan sekarang.
Cerita-cerita
serupa tentu banyak terjadi di Indonesia yang amat luas ini. Seperti dalam
cerita pendek berjudul Cerita tentang
Rakyat yang Suka Bertanya, dikisahkan ada seorang rakyat yang suka bertanya
kepada siapa saja. Pertanyaan-pertanyaannya sederhana. Apakah buruh tak boleh
bermimpi ketika tidur? Apakah seorang pemimpin boleh bangun siang? Akibat
pertanyaan-pertanyaan lugunya, ia pun dianggap berbahaya. Tak lama kemudian
rakyat-buruh-tani-yang suka bertanya itu lenyap tanpa seorang pun yang tahu.
Cerita-cerita
di buku ini banyak diadopsi dari kejadian nyata yang ada di keseharian kita,
yang diliput media bahkan yang tak terekam di catatan sejarah sekalipun.
Seperti bagaimana lemahnya posisi perempuan di rumah tangga hingga betapa tidak
pentingnya suara orang buta dalam demokrasi di negara ini.
Lewat sembilan
cerita pendek di buku ini, kita dibawa miris, haru, bahkan datar karena
pelanggaran serupa awam terjadi di sekitar kita. AS Laksana, FX Rudy Gunawan,
Irwan D Kustanto, Lan Fang, Linda Christanty, Martin Aleida, Miranda Harlan,
Oka Rusmini dan Puthut EA menggambarkan demokrasi dengan gaya penulisan mereka
masing-masing. Mulai dari yang menulis dengan deskripsi panjang lebar seperti
Linda Christanty hingga penulisan sederhana dan simpel oleh
Oka Rusmini. Pembaca tak akan bosan karena masing-masing punya karakter yang
berbeda.
Kumpulan
cerita pendek ini diterbitkan Demos, Lembaga Kajian Demokrasi dan Hak Asasi, dan bekerja sama dengan vhrbook dan spasimedia. Saat
ini, Demos disokong oleh Institut Studi Arus Informasi (ISAI), Komisi untuk
Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) dan Institute
for Interfaith Dialogue in Indonesia (Interfidei). Membaca buku ini akan membawa kita lebih peka melihat isu-isu
demokrasi yang ada di kehidupan sehari-hari. Pelanggaran hak dan pemangkasan
kebebasan sebenarnya banyak terjadi di sekitar kita, hanya kita saja yang tidak
benar-benar sadar. Untuk itu, mari mulai berdemokrasi dalam kehidupan kita
masing-masing!
No comments:
Post a Comment